Ketenangan jiwa seakan terpecah saat kemenangan puncak bulan Ramadhan tiba. Kembali berpetualang ke alam bebas untuk lebih jauh mengenali bumi
Indonesia. Berawal dari ketidak sengajaan yang
menjadikan ambisi untuk menjejakkan
kaki ini di Puncak Sejati, Gunung
Raung, Banyuwangi, Jawa Timur. Niat
membeli jaket pun sirna...ah,yasudahlah. Setelah
bang Ikun, salah satu anggota
mapala Malmira dari Unsoed menawarkan
untuk bergabung dalam ekspedisinya
menuju puncak sejati Gunung
Raung. Siapa yang tidak tertarik dalam ekspedisi menyenangkan
seperti ini?
Beranggotakan 7 orang, kami
berangkat secara terpisah dan kota Surabaya menjadi
tempat perjumpaan kami. Kereta api Sri Tanjung
tujuan Banyuwangi bisa menjadi
alternatif perjalanan menuju Banyuwangi. Berhubung musim lebaran, bus menjadi
pengantar setia ku dari Yogyakarta menuju Surabaya
dengan tarif sebesar 54rb (harga naik karena musim lebaran). Di Surabaya aku bertemu dengan rekan dari Mapala Unsoed, perjalanan
kami lanjutkan dengan kereta tujuan
Banyuwangi (tarif: 90rb). Perjalanan panjang selama 6 jam mengantarkan kami hingga Stasiun
Kalibaru, Banyuwangi.
Meskipun larut malam, jemputan
dari mapala Adios siap
mengantar kami menuju tempat singgah sementara.
Tidak ada basecame resmi untuk pendakian Gunung
Raung via Kali Baru, karena keamanan belum terjamin
dan pendakian lewat jalur ini belum
dibuka untuk umum. Jalur pendakian Raung
sendiri baru dirintis pada tahun 2002 oleh Pak Sunarya dan rekan-rekan dari
PANTAGA (Persatuan
Pendaki Surabaya)
dibantu oleh mapala Adios, dan jalur pendakian ini baru mendapat ijin 2
tahun kemudian.
Base came anak mapala Adios dapat ditempuh 10 menit dari
stasiun Kalibaru. Malam itu kami
memanfaatkan waktu
untuk mempersiapkan bekal yang besok akan kami bawa diselingi
pembicaraan rintan tentang medan pendakian yang akan kami tempuh dilanjutkan beristirahat
sembari menunggu datangnya pagi.
Dari obrolan malam itu, saya mendapatkan
banyak manfaat untuk mematangkan menejemen perjalanan pendakian. Keesokan
harinya kamipun bersiap
untuk melakukan pendakian. Perlengkapan siap, mobil colt bak telah bersedia mengantarkan kami berangkat
menuju desa Wonokromo
yang merupakan desa terakhir di kaki gunung Raung.
Hari
pertama, kami
berangkat jam 08.00. Perjalanan menuju Desa
Wonokromo memakan waktu
sekitar 1,5 jam. Sepanjang
perjalanan hamparan pohon gandum dan perkebunan cokelat menimbulkan decak kagum bagi kami, begitu suburnya tanah
Indonesia ini. Namun
jalan menuju desa ini kurang terawat dan aksesibilitas yang sulit, menjadikan kendaraan kami tidak
dapat mengantarkan kami lebih
jauh lagi, hanya kendaraan roda
dua yang dapat melewati jalan
tersebut. Jika anda berminat ada ojek yang dapat mengantarkan pendaki hingga pos
1. Namun setelah turun dari colt
bak kami menikmati perjalanan menuju pos 1 dengan waktu tempuh 1,5 jam.
Jalan menuju pos 1 merupakan jalur petani kopi, ditandai oleh adanya percabangan jalan. Di Pos 1 terdapat sumber mata air dan dijadikan tempat untuk mengisi air oleh para pendaki
yang ingin menuju ke Puncak Raung. Karena sumber air ini merupakan sumber mata
air terakhir yang dapat ditemui. Biasanya pendaki dari
bawah membawa air mineral 4,5 liter dan membawa jerigen kosong kapasitas 2,5 liter untuk diisi di pos ini.
Untuk mengambil air ada tiga percabangan jalan,
ambil jalur yang ke kiri menurun menuju
sungai, perjalanan sekitar 10
menit. Persediaan air di sungai ini tetap melimpah meskipun di musim kemarau.
Airnya jernih,
bersih dan segar. Isi
air secukupnya sesuai dengan kebutuhan.
Pendakian Gunung Raung via Kalibaru informasi pada
peta menunjukkan terdapat 4 POS dan
9 Came.Namun lebih mudahnya kami menggunakan patokan Came.
Waktu menunjukan jam 11.37
perjalanan dilanjutkan menuju came 2, came
1 terletak sebelum Pos 1. Setelah melewati kebun kopi jalur selanjutnya melewati
kawasan hutan campuran. Jam 12.10 kami memutuskan beristirahat sejenak
sembari makan dan menunaikan ibadah.
Pukul 12.45 perjalanan kami lanjutkan dan kali ini vegetasi hutan
semakin rapat. Terlihat
jalur pendakian yang jarang dilewati oleh pendaki, maklum saja Gunung Raung
adalah salah satu gunung yang tidak begitu banyak didaki mengingat kondisi
medan yang cukup sulit. Jalur menuju came 2 cukup menantang
karena banyak pohon berukuran besar yang tumbang dan
untuk melewatinya kami harus merayap. Tiba di came
2 pukul 15.15. Came
2 cukup luas dan
terlindung oleh vegetasi
yang cukup rapat. Dapat digunakan untuk
mendirikan 3 dom
kapasitas 6 orang, di camp inilah
rombongan kami menyimpan pasokan air.
Pendakian menuju puncak Raung memang
dikategorikan berat ada yang mengatakan ekstrim. Teknik yang dibutuhkan salah
satunya dengan menimbun air atau membuat tandon air. Manajemen
perjalanan terutama air sangat diperlukan, setiap pos atau came alangkah
baiknya menghitung kembali persediaan air. Perjalanan
kami lanjutkan, pukul 15.40 dari camp 2 medan yang dilalui masih
sama, trek mulai menanjak dan hawa
dingin mulai terasa. Setelah berjalan cukup lama sampailah pada came 3. Waktu
menunjukan pukul 17.25 kami langsung membongkar carier untuk mendirikan dome untuk bermalam. Came
3 merupakan dataran cukup
luas dan dapat digunakan untuk mendirikan 3 dome. Perlu diketahui dalam
melakukan pendakian sebaiknya istirahat pada came 2 atau came 3. Jangan
memaksakan perjalanan pada malam hari untuk menjaga kondisi fisik dan juga
hal-hal yang tidak diinginkan pada malam hari.
Hari
Kedua Mentari
pagi telah tiba. Setelah sarapan, pukul
07.40 kami melanjutkan perjalanan menuju came 4.
Medan yang kami
lalui lebih
sulit,
karena terdapat semak berduri dan tak jarang kami menjumpai pohon
rotan yang menjadi tantangan tersendiri
bagi kami. Setelah melewati beberapa bukit came 4
mulai terlihat.
Waktu menunjukkan pukul 09.10
kami melanjutkan perjalanan menuju
came 5, medan yang dilalui lebih berat karena banyak trek menanjak dan sesekali melewati pohon tumbang yang mengharuskan kami merayap. Pada perjalanan pos 4
menuju pos 5 kami menemukan tanaman Begusia yang banyak mengandung air pada
bagian batangnya. Meskipun rasanya sangat asam tetapi cukup menyegarkan. Pukul
10.25 kami tiba di came 5. Dari camp 4 ke
camp 5 membutuhkan waktu 1 jam. Camp 5 ditandai dengan adanya dataran sempit yang dapat digunakan untuk
mendirikan 1 dome. Perlu berpikir ulang untuk mendirikan dome di tempat ini,
karena akan menjadi jalur air saat hujan turun.
Hutan bervegetasi lebat menunjukan
masih asrinya Gunung Raung dan jarang didaki oleh para penikmat alam.
Trek menuju came 6 semakin menanjak kami menjumpai tanjakan panjang yakni tanjakan Babi. Came 6 tak kunjung
terlihat namun kami tertarik karena disini
banyak dijumpai pohon pinus yang sangat besar dan kami sempatkan
untuk berpoto. Waktu tempuh menuju came 6 cukup lama
karena banyak trek yang menanjak, akhirnya kami sampai di came 6 pukul 11.10.
Came 6 cukup luas, dapat
didirikan 3 dome kapasitas
3-4 orang.
Perjalanan sampai di
came 7 pada pukul 13.35 disambut oleh gemuruh angin dan hawa dingin. Energi yang
semakin melemah melambatkan perjalanan, kami memasak terlebih dahulu untuk mengisi
tenaga. Dengan semangat, kami
melanjutkan perjalanan menuju
came 8. Medan terus menanjak
dan semakin terbuka. Gemuruh
suara kawah Raung semakin
terdengar jelas.
Bunga edelweiss mulai kami temukan.
Pukul 16.10 kami sampai di came 8, Came
8 memiliki tempat yang cukup luas dan terlindung dari vegetasi yang unik. Dapat
didirikan 2 dome kapasitas 5 orang.
Perjalanan dilanjutkan menuju came 9 pada pukul 17.10.
Langkah kaki yang semakin berat ditambah menipisnya oksigen mengharuskan kami untuk terus menjaga semangat.
Satu jam berselang sampailah kami di
came 9, dan
mulai bongkar carier, membuat dome dan istirahat sebelum
summit attack esok pagi.
Came 9 dapat digunakan untuk mendirikan
4 dome kapasitas 4 orang. Terlindung oleh vegetasi dan merupakan pos terakhir
sebelum menuju puncak sejati gunung raung.
Hari
ketiga pukul
06.00 kami bangun dan menyiapkan menu
sarapan. Selesai
sarapan kami menyiapkan peralatan yang akan kami bawa antara lain
tali carmantel, carabiner, jumar,
perusik, webbing, dan seat
hernest. Alat tersebut wajib dibawa untuk melakukan pendakian ke Puncak Raung demi keamanan dan keselamatan.
Pukul 08.00 perjalanan dimulai. Kurang lebih 10 menit kami sampai di
puncak Bendera, puncak ini ditandai dengan tongkat yang dapat digunakan untuk mengikat bendera.
Setelah di puncak bendera tantangan mulai menghadang. Kami harus melewati igir
jurang yang sangat dalam dan biasanya
disebut Jembatan Siratul Mustakim. Setelah itu kami harus
memasang alat untuk menuju puncak 17. Pemasangan alat yang pertama dengan
mlipir tebing dan memanjat tebing kurang lebih 3 meter setelah itu hanya dengan
teknik ascending. Pemasangan alat yang kedua yaitu untuk mencapai puncak 17 dengan
leader yang harus melipir jurang lewat sebelah kanan dan langsung memanjat
puncak 17. Untuk anggota lain hanya tinggal melakukan teknik ascending. Setelah
sampai di puncak 17 harus menuruni tebing dengan tali carmantel. Kurang lebih
30 meter ke bawah dengan teknik repling. Setelah turun kebawah harus melewati
jembatan Siratul Mustakim yang ke dua
kurang lebih 40 meter panjangnya. Setelah melewati jalur ini harus menuruni
tebing kurang lebih 8 meter bisa menggunakan tali webbing untuk dipasang
Angkor. Webbing ini berguna untuk pegangan saat turun dan saat naik nanti
ketika pulang. Setelah turun,
perjalan dilanjutkan dengan traking yang menanjak dominan batuan dan pada saat
akan mencapai puncak tusuk gigi ada border yang cukup tinggi untuk dipanjat.
Disarankan menggunakan jalur paling timur ada jalur yang lebih mudah
dibandingkan dari sisi sebelah barat. Kurang lebih 45 menit sampailah kami dipuncak
tertinggi Gunung Raung 3.344 mdpl puncak sejati.
Saran
dari pegalaman saya :
- Gunakan
baju lengan panjang dan
celana panjang karena banyak pohon berduri di sepanjang perjalanan,
dianjurkan untuk memakai sepatu yang standar untuk pendakian.
- Setiap pendaki dianjurkan untuk membawa
air minimal 7 liter, mata air terakhir berada pada pos.
- Untuk
menyingkat waktu pendakian dari stasiun menuju pos 1 dapat ditempuh dengan
menggunakan ojek.
- Pilih
perjalanan pada matahari terbit atau pada siang hari, biasanya para pendaki
hari pertama mendirikan dome pada came 2 dan came 3, kemudian hari kedua di
came 6 atau langsung di came 9.
- Bawalah
peralatan climbing minimal tali carmantel 40 meter atau 20 meter dan 20 meter,
tali perusik, carabiner, jumar, seat hearnest dan webbing.
- Dalam
melakukan summit attack dianjurkan berangkat pagi dari pos 4 atau came 9 sampai
puncak sejati kurang lebih memakan waktu 4 jam karena harus memasang alat.
- Dalam
perjalanan turun untuk mempersingkat waktu pendakian setelah melakukan summit
attack bisa langsung turun dan ngecame di came 6. Dengan teknik ini kami bisa
melakukan pendakian 4 hari 3 malam.
- Pendakian
Raung dibutuhkan
menejemen perjalanan yang benar-benar matang apabila ingin menggapai puncak
sejati. (Oleh:
Surya Waradi).