Agenda pendakian massal
yang setiap tahun diadakan oleh Mpa Mahameru kali ini akhirnya berangkat dengan
61 orang peserta. Dua truk yang kami pilih untuk menjadi alat transportasi
menuju ke Lawu mengantar kami dengan setia. Berangkat dari Jogja, Sabtu, 19
Oktober 2013 pukul 09.00. Cuaca yang mengiringi kami selama perjalanan
benar-benar luar biasa panas. Perjalanan selama 4 jam yang cukup membuat kami
semua butuh pasokan air minum yang cukup banyak. Truk berhenti dua kali selama
perlananan menuju ke Gunung Lawu alhasil karena panas yang terik, tujuan utama berhenti
adalah...membeli minuman (hal yang perlu diperhatikan saat mendaki atau pergi
kemanapun sediakan air minum yang mudah untuk diambil).
Perjalanan Menuju Gunung Lawu |
Perjalanan 4 jam menuju
ke Gunung Lawu berjalan dengan lancar. Senang rasanya karena salah satu dari teman
mengabarkan akan datang, mas Rohmad (sesepuh mahameru) bersama temannya. Pukul 13.00 sampailah kami di Base Camp pendakian gunung Lawu.
Ku kira basecampnya luas dan dapat digunakan untuk menampung 61 peserta,
ternyata...jauh dari perkiraan. Ya sudahlah...akhirnya kami berkumpul ke tanah lapang
di belakang tugu masuk (Jalur Lawu Via Cemoro Sewu). Peserta dibagi menjadi 4
kelompok.
Jalur pertama merupakan
jalan yang kemiringannya belum terlalu curam, dengan tatanan batu dan kanan
kiri berupa vegetasi hutan cemara. Terlihat dari beberapa titik di tempat
tersebut sering digunakan untuk berkemah. Setelah melewati hutan cemara akan
sampai di ladang dan perkebunan penduduk. Di sana sini terdapat bunga, saya
menyebutnya itu bunga wortel. Entah benar apa tidak. Jalanan kemudian mulai
menanjak, dan sesaat kemudian kami bertemu bangunan kecil beratap asbes.
Nah,ada petunjuknya juga, sampailah kami di Sendang Panguripan. Setelah Sendang
Panguripan ini kami mulai menyebarkan bibit Lamtoro (Leucaena glauca ). Sesaat kemudian
kami bertemu dengan pendaki asal Jakarta, dan mereka menyarankan untuk mengisi
ulang air karena di atas, sumber mata air sudah tak ada lagi. Kebetulan saat
itu musim kemarau dan belum pernah turun hujan.
Doa bersama sebelum melakukan pendakian |
Botol kosong kami telah
terisi air, dan saatnya melanjutkan perjalanan. Vegetasi mulai rapat. Jalan
mulai menanjak. Masih dengan jalan berbatu yang cukup menyiksa dengkul. 15
menit berselang sampailah kami di Pos 1, istirahat sejenak sambil menyapa ada
seorang bapak dan seorang ibu yang berada di Pos tersebut. Kami berhenti
sebentar, sambil melihat medan di depan mata semakin menanjak. Selesai
istirahat, kami melanjutkan perjalanan. Namun cuaca petang itu kurang bersahabat,
awalnya gerimis, lama-lama hujan deras pun datang. Niat awal ingin melanjutkan
perjalanan, namun ada salah satu angggota yang tidak membawa jas hujan. Karena
tidak ada yang tahu, pos 2 jauh apa dekat akhirnya kami memutuskan kembali ke
Pos 1. Lumayan.....baru sekali ini naik gunung kehujanan deras. Sampai di Pos
1, ternyata kami bertemu rombongan kelompok 3. Untungnya mereka tidak
kehujanan. Kelompok kami, yang sudah basah kuyup kehujanan akhirnya ganti
pakaian dan menghangatkan badan dengan arang yang kami bawa. Hal ini bertujuan
untuk mencegah terjadinya hipotermia. Setelah hujan cukup reda kelompok 4 menyusul,
anggota kelompok mereka basah kuyup.
Ternyata benar
keputusan yang kami ambil, jarak dari Pos 1 ke pos 2 lumayan jauh. Menjelang
petang kami sampai di pos 2. Sesampai di Pos 2 ternyata kelompok 1 ada di sana,
berteduh. Saat itu pos 2 benar-benar penuh sesak. Banyak pendaki lain juga
berteduh. Pos 2 terletak di bawah tebing batu, terdapat bangunan permanen,
lengkap dengan atap seng. Terdapat tanah terbuka yang dapat digunakan untuk
mendirikan 4 tenda ukuran kecil (5 tenda cukup asal nyempil-nyempil :D). Dengan
berbagai pertimbangan akhirnya ada beberapa teman yang nge-camp di Pos 1, di
Pos 2 dan ada yang melanjutkan perjalanan dan nge-camp di Pos 3.
Pukul 22.15 udara
terasa semakin dingin. Rupanya cuaca sudah mulai cerah. Bulan kembali
menyinarkan terangnya. Beberapa teman yang nge-camp di Pos 2 bersiap-siap naik,
disusul oleh beberapa teman yang nge-camp di Pos 1. Hari menjelang pagi, cuaca
pagi di Lawu saat itu cukup cerah. Pos 2 ke pos 3 jaraknya tidak terlalu jauh.
Di pos 3 terdapat gardu permanen, dengan seng yang sudah tidak lagi teratur
karena kencangnya terpaan angin. Di pos 3, vegetasi tidak terlalu rapat, jadi wajar
kalau anginnya mampu memindahkan atap seng dari tempatnya. Pos 3 ke pos
selanjutnya ternyata masih jauh. Tapi medannya cukup mudah dilalui, karena
disediakan fasilitas berupa tatanan batu dan ada beberapa bagian yang sudah
dilengkapi besi pegangan. Dari Pos 3 tidak lama kemudian sampai di Pos Watu
Putih. Watu Putih adalah tanah datar yang tidak terlalu luas dan tanahnya
berupa tanah putih. Dari sini Telaga Sarangan sudah mulai terlihat (pada siang
hari dan cuaca cerah) dan vegetasi edelweiss serta cantigi sudah dapat kita
kita temukan.
Di seberang Watu Putih
terdapat Pos 4, dataran yang tidak terlalu luas dan hanya muat 1 tenda kecil
kapasitas 3-4 orang. Dari pos 4 ke pos 5 dapat ditempuh kurang lebih 20-30
menit. Pos 5 merupakan tanah lapang yang cukup luas. Banyak pendaki yang
menggunakan tempat ini untuk mendirikan tenda sebelum ke puncak. Karena
rombongan kami sudah mendirikan tenda di Pos 1, 2 dan 3, maka di Pos 5 kami
hanya mampir istirahat dan kembali melajutkan perjalanan. Sebelum pos 5
terdapat sumber air yang bernama sumur Jolotundo. Selain Sumur Jolotundo, para
pendaki juga mengambil air dari Sendang Drajat. Karena rombongan kami terpecah
menjadi beberapa kelompok, maka saat sampai puncak setinggi 3265 Mdpal juga
tidak dapat bersamaan, begitu pula dengan waktu turunnya.
Hargo Dumilah, Puncak Lawu, 3.265 Mdpal |
Tidak semua peserta
sampai puncak, maka pukul 08.00 rombongan kami sudah mulai turun dari puncak.
Di bawah kami harus packing dan harus sampai basecamp pendakian pukul 15.00. Sekitar
pukul 10.00 kami kembali ke Pos 3, pukul 11.30 sampai pos 2 dan pukul 13.00
sampai pos 1. Setelah sampai ladang penduduk, salah satu peserta ada yang
cedera karena kakinya keseleo. Namun akhirnya peserta yang cedera berhasil turun
dengan selamat.
Kami sampai di Basecamp
pendakian pukul 16.00 molor satu jam dari target waktu yang ditentukan. Namanya
juga kegiatan alam, terkadang waktunya tidak dapat diprediksikan. Apalagi
dengan jumlah peserta pendakian yang cukup banyak. Akhirnya setelah berkumpul
semua, kami naik truk dan bersiap kembali ke Jogja. Sampailah kami di Jogja pukul
19.30..perjalanan yang luar biasa, salam lestari :)
Hasil membersihkan sampah sepanjang perjalanan turun |